This is my experience as an administrative officer that made me thankful, so I finally little bit about the step how to apply Visa for Cambodia.
How to apply visa to Cambodia ? As
long as you are still Indonesian citizens , we are free from Visa to get in
the country , because it is still one of ASEAN countries .Since my boss is Japanese , he is required to submit a visa .The following are the requirements of the visa application I got from Cambodian embassy officials in Jakarta which is located at :
Jl . Pejaten Barat No 41
South Jakarta 12550
Tel : 021-781-2523 / Fax : 021-781-2524
1 . Photo 3 sheets of 4x6 ( background color might be anything )
2 . Copy roundtrip ticket (a must)
3 . Sponsorhip letter
4 . Invitation ( For business travel )
5 . Original Paspport6 . Fee for the Visa Rp 300,000 ( for tourists visiting ) , Rp 375,000 ( for business trip )
If all requirements are met , the issuance of Visa completed within 5 ( five ) working days .Important information that may be useful . Because my boss use the passport office , the cost that I mentioned earlier eliminated or free !
And of you also want the visa without come to the Embassy office, you could also apply by online with this link http://www.evisa-cambodia.net/application_m.php
Enjoy your trip !!
Kamis, 21 November 2013
Senin, 26 Agustus 2013
Jalan-Jalan Ke Petak Sembilan
Mulai nge-kost di Jakarta, ceritanya ingin membuat waktu weekend berharga dengan mulai meng-explore Jakarta. Mulailah iseng ngajak temen (Feny) untuk hunting foto, karena dia suka fotografi. Kalau saya sukanya jalan-jalan saja dan sedikit menulis. Foto hanya via handphone saja. hehe (ga penting juga sih diketik).
Well, akhirnya kami berjanjianlah di Hari Kemerdekaan RI yang ke-68 ini untuk bertemu di Halte TransJakarta Glodok. Feny ngajak saya ke Petak Sembilan yang sebelumnya saya tidak pernah dengar. Mulailah searching dan akhirnya sedikit terbukalah gambaran, ternyata Petak Sembilan adalah kampung pecinan yang ada di tengah Jakarta.
Jam 8 pagi ceritanya janjian ketemu di Halte Glodok. Jam setengah 9 kami baru bertemu karena ada pengalihan jalur busway karena adanya upacara bendera di sekitar Istana Negara.
Setelah bertemu, cipika cipiki, berbekal pengetahuan dari internet dan tanya teman-teman, berjalanlah kami menuju Petak Sembilan dengan salah jurusan pada awalnya. harusnya ke arah kanan dari jembatan penyebrangan, kita jalan ke arah kiri. Otomatis kita balik lagi lah ke arah jalur yang tepat.
Turun dari jembatan penyebrangan, kami dengan sok tahu berjalan saja lurus ke depan, karena temanya adalah get lost in Jakarta, jadi ya santai saja.
Setelah lumayan lama berjalan lurus, barulah kami berinisiatif bertanya kepada bapak-bapak yang ketemu di jalan, katanya disuruh belok ke salah satu gang. Kamipun mengikuti sarannya dengan polos.
Kami memasuki gang yang agak sempit dengan rumah-rumah tinggi berpagar besi. Saat Feny tanya kenapa rumahnya dipagar besi, saya dengan sok tahunya menjawab mungkin karena dulu suka ada penyerangan kepada orang-orang yang berketurunan Cina dan saya tahu penjelasan itu tidak memuaskannya. Hehe..
Terus jalan, kita makin nggak tahu mau kemana, masih belum nemu sesuatu yang katanya ada pasar atau apalah gitu yang katanya ada di internet. Sampai akhirnya di salah satu ujung gang, kami menemukan pabrik pembuatan tofu.
Feny mulai memfoto beberapa hal disana. Sedangkan saya mencoba menjadi jalan lurus yang ternyata adalah pasar Petak Sembilan, yang saya baca di internet. Hampir orang Cina semua memang yang berlalu lalang disana. Seperti pasar biasanya, berbagai sayuran dan ikan dijual disana. Selain itu juga ada yang menjual hal-hal seperti kue yang hanya bisa saya temukan di rumah teman saya yang berketurunan Cina
Menyenangkannya disana adalah, para pedagangnya amat sangat ramah, kami bisa langsung bercanda dengan salah satu pedagang udang disana, mereka saling bercanda dengan pedagang yang lain. Mulailah kegiatan menjeprat jepret disana.
Lanjut perjalanan kami pergi ke Vihara Dharma Bakti. Vihara tersebut dibagi 3 ruangan, dengan penempatan dewa yang berbeda. Ini saya ketahui ketika kami mengunjungi kuil yang ketiga. Ada seorang bapak ramah yang dengan sukarela menjelaskan beberapa kisah sejarah mengenai Vihara tersebut. Hanya saja saya lupa bertanya namanya.
Beliau mengatakan, di 3 kuil itu terdiam dewa yang berbeda-beda. Ada ruangan untuk Dewi Kuan Im (Dewi kebaikan, kalau yang pernah nonton Sun Go Kong pasti tau sosok baik dewi cantik ini.), ada Dewa Karma, lalu Dewa Rejeki,
Bapak baik ini juga meginfokan bahwa akan ada upacara Cyoko (entah bagaimana penulisan tepatnya) intinya upacara tersebut adalah upacara untuk melaksanakan pengiriman barang-barang yang akan dikirimkan keluarga yang masih hidup kepada keluarga yang sudah meninggal. Kasarnya mengirimkan makanan walaupun yang dikirim bukan makanan saja, tapi ada uang, sepatu atau barang-barang yang ingin disampaikan kepada keluarganya yang sudah meninggal.
Menurut sang bapak, orang yang sudah mati itu harus diberi makan 3 kali dalam setahun, dan salah satu waktunya adalah pada hari upacara Cyoko itu.
Pada acara itu akan ada kerajinan perahu besar yang terbuat dari kertas yang nantinya akan dibakar dan lain-lainnya. Upacara itu akan dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2013. Bapak baik itu juga menceritakan bagaimana dan kapan perahu itu harus dibakar, dimana mereka harus meminta izin dulu kepada Dewa Karma mengenai waktu pembakarannya dan lain-lainnya.
Lumayan lama disana, kami segera mencari makanan karena kami belum sarapan pagi itu. Kami menemukan Restauran Ming Yen namanya. Resatauran Bakpau yang menjual banyak makanan lainnya. Menu terpilih adalah Es Kietna, karena pagi itu terbilang agak panas dan Sapo Tahu yang kami ingin coba rasanya. Harganya nggak mahal-mahal amat lagi, pas lah di kantong, apalagi saat itu kami makan semangkuk sapo tahu itu berdua. Romantis kaaan? (iyuuuhh..)
Setelah datang, saat kami mencoba rasanya ternyata kami sangat tidak menyesal. Sapo Tahunya enak, Saya yang tidak begitu suka tahu, mencoba Sapo Tahunya jadi bisa makan dengan lahap. Dan Es Kietna juga bikin segar dengan rasa asem-asem manis yang memang campurannya adalah asem jawa, kulit jeruk dan gula sepertinya.
Selesai makan, kami lanjut berjalan ke kawasan Kota Tua, tidak berjalan sih, kami naik angkot langsung menuju kawasan Kota Tua. Sekitar jam 10an, kawasan tersebut sudah sangat ramai, karena ada acara 17an juga membuat tambah ramai suasana disana. Ada acara lomba-lomba dan lain-lain.
Karena panas sekali, kami kembali menyambangi penjual es kelapa. Ternyata rasanya kurang pas untuk lidahnya Feny. Yasudah saya habiskan saja 2 porsi gelas itu. Melihat-lihat lagi sebentar ke arah lapangan, dan memulai lagi mencari letak cafe yang menjual es krim Ragusa tadinya.
Lagi-lagi tanya Mbah Google, ternyata letaknya dekat dengan Kota Tua, karena kebetulan ada peta, saat kami sedang menunjuk-nunjuk letak di peta tersebut, tiba-tiba seseorang dengan mic datang dan bertanya apa tujuan kami datang ke Kota Tua, alhasil Feny diwawancarailah, dan kami berdua diminta berpose menunjuk peta untuk proses pengambilan gambar Net TV.
Selesai wawancara kami langsung menuju ke cafe yang ada di alamat Jl Kunir yang terletak di belakangnya kantor pos di daerah Kota Tua itu.
Sambil rehat sejenak (numpang ngecharge hape) kami memesan ice cream, kami pikir itu es krim Ragusa, ternyata Es Krim Baltic yang katanya 'saingannya' es krim Ragusa. Rasanya es krim tetap enak, sayangnya es krim yang kami pesan belum tersedia buah-buahnya. Jadi Es krim yang ada saja yang kami pesan.
Berikut adalah penampakan-penampakan yang sempat saya memorikan.
Well, akhirnya kami berjanjianlah di Hari Kemerdekaan RI yang ke-68 ini untuk bertemu di Halte TransJakarta Glodok. Feny ngajak saya ke Petak Sembilan yang sebelumnya saya tidak pernah dengar. Mulailah searching dan akhirnya sedikit terbukalah gambaran, ternyata Petak Sembilan adalah kampung pecinan yang ada di tengah Jakarta.
Jam 8 pagi ceritanya janjian ketemu di Halte Glodok. Jam setengah 9 kami baru bertemu karena ada pengalihan jalur busway karena adanya upacara bendera di sekitar Istana Negara.
Setelah bertemu, cipika cipiki, berbekal pengetahuan dari internet dan tanya teman-teman, berjalanlah kami menuju Petak Sembilan dengan salah jurusan pada awalnya. harusnya ke arah kanan dari jembatan penyebrangan, kita jalan ke arah kiri. Otomatis kita balik lagi lah ke arah jalur yang tepat.
Turun dari jembatan penyebrangan, kami dengan sok tahu berjalan saja lurus ke depan, karena temanya adalah get lost in Jakarta, jadi ya santai saja.
Setelah lumayan lama berjalan lurus, barulah kami berinisiatif bertanya kepada bapak-bapak yang ketemu di jalan, katanya disuruh belok ke salah satu gang. Kamipun mengikuti sarannya dengan polos.
Kami memasuki gang yang agak sempit dengan rumah-rumah tinggi berpagar besi. Saat Feny tanya kenapa rumahnya dipagar besi, saya dengan sok tahunya menjawab mungkin karena dulu suka ada penyerangan kepada orang-orang yang berketurunan Cina dan saya tahu penjelasan itu tidak memuaskannya. Hehe..
Terus jalan, kita makin nggak tahu mau kemana, masih belum nemu sesuatu yang katanya ada pasar atau apalah gitu yang katanya ada di internet. Sampai akhirnya di salah satu ujung gang, kami menemukan pabrik pembuatan tofu.
Feny mulai memfoto beberapa hal disana. Sedangkan saya mencoba menjadi jalan lurus yang ternyata adalah pasar Petak Sembilan, yang saya baca di internet. Hampir orang Cina semua memang yang berlalu lalang disana. Seperti pasar biasanya, berbagai sayuran dan ikan dijual disana. Selain itu juga ada yang menjual hal-hal seperti kue yang hanya bisa saya temukan di rumah teman saya yang berketurunan Cina
Menyenangkannya disana adalah, para pedagangnya amat sangat ramah, kami bisa langsung bercanda dengan salah satu pedagang udang disana, mereka saling bercanda dengan pedagang yang lain. Mulailah kegiatan menjeprat jepret disana.
Lanjut perjalanan kami pergi ke Vihara Dharma Bakti. Vihara tersebut dibagi 3 ruangan, dengan penempatan dewa yang berbeda. Ini saya ketahui ketika kami mengunjungi kuil yang ketiga. Ada seorang bapak ramah yang dengan sukarela menjelaskan beberapa kisah sejarah mengenai Vihara tersebut. Hanya saja saya lupa bertanya namanya.
Beliau mengatakan, di 3 kuil itu terdiam dewa yang berbeda-beda. Ada ruangan untuk Dewi Kuan Im (Dewi kebaikan, kalau yang pernah nonton Sun Go Kong pasti tau sosok baik dewi cantik ini.), ada Dewa Karma, lalu Dewa Rejeki,
Bapak baik ini juga meginfokan bahwa akan ada upacara Cyoko (entah bagaimana penulisan tepatnya) intinya upacara tersebut adalah upacara untuk melaksanakan pengiriman barang-barang yang akan dikirimkan keluarga yang masih hidup kepada keluarga yang sudah meninggal. Kasarnya mengirimkan makanan walaupun yang dikirim bukan makanan saja, tapi ada uang, sepatu atau barang-barang yang ingin disampaikan kepada keluarganya yang sudah meninggal.
Menurut sang bapak, orang yang sudah mati itu harus diberi makan 3 kali dalam setahun, dan salah satu waktunya adalah pada hari upacara Cyoko itu.
Pada acara itu akan ada kerajinan perahu besar yang terbuat dari kertas yang nantinya akan dibakar dan lain-lainnya. Upacara itu akan dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2013. Bapak baik itu juga menceritakan bagaimana dan kapan perahu itu harus dibakar, dimana mereka harus meminta izin dulu kepada Dewa Karma mengenai waktu pembakarannya dan lain-lainnya.
Lumayan lama disana, kami segera mencari makanan karena kami belum sarapan pagi itu. Kami menemukan Restauran Ming Yen namanya. Resatauran Bakpau yang menjual banyak makanan lainnya. Menu terpilih adalah Es Kietna, karena pagi itu terbilang agak panas dan Sapo Tahu yang kami ingin coba rasanya. Harganya nggak mahal-mahal amat lagi, pas lah di kantong, apalagi saat itu kami makan semangkuk sapo tahu itu berdua. Romantis kaaan? (iyuuuhh..)
Setelah datang, saat kami mencoba rasanya ternyata kami sangat tidak menyesal. Sapo Tahunya enak, Saya yang tidak begitu suka tahu, mencoba Sapo Tahunya jadi bisa makan dengan lahap. Dan Es Kietna juga bikin segar dengan rasa asem-asem manis yang memang campurannya adalah asem jawa, kulit jeruk dan gula sepertinya.
Selesai makan, kami lanjut berjalan ke kawasan Kota Tua, tidak berjalan sih, kami naik angkot langsung menuju kawasan Kota Tua. Sekitar jam 10an, kawasan tersebut sudah sangat ramai, karena ada acara 17an juga membuat tambah ramai suasana disana. Ada acara lomba-lomba dan lain-lain.
Karena panas sekali, kami kembali menyambangi penjual es kelapa. Ternyata rasanya kurang pas untuk lidahnya Feny. Yasudah saya habiskan saja 2 porsi gelas itu. Melihat-lihat lagi sebentar ke arah lapangan, dan memulai lagi mencari letak cafe yang menjual es krim Ragusa tadinya.
Lagi-lagi tanya Mbah Google, ternyata letaknya dekat dengan Kota Tua, karena kebetulan ada peta, saat kami sedang menunjuk-nunjuk letak di peta tersebut, tiba-tiba seseorang dengan mic datang dan bertanya apa tujuan kami datang ke Kota Tua, alhasil Feny diwawancarailah, dan kami berdua diminta berpose menunjuk peta untuk proses pengambilan gambar Net TV.
Selesai wawancara kami langsung menuju ke cafe yang ada di alamat Jl Kunir yang terletak di belakangnya kantor pos di daerah Kota Tua itu.
Sambil rehat sejenak (numpang ngecharge hape) kami memesan ice cream, kami pikir itu es krim Ragusa, ternyata Es Krim Baltic yang katanya 'saingannya' es krim Ragusa. Rasanya es krim tetap enak, sayangnya es krim yang kami pesan belum tersedia buah-buahnya. Jadi Es krim yang ada saja yang kami pesan.
Berikut adalah penampakan-penampakan yang sempat saya memorikan.
Vihara tempat kediaman Dewa Rejeki |
Es Kietna |
Sapo Tahu yang enak |
Es Krim Holly ....(Lupa namanya) |
Sabtu, 16 Maret 2013
Hotel Murah di Yogyakarta
Hotel
Dhirgahayu yang terletak di Jalan KHA. Dahlan no 123 ini menjadi pilihan tempat
saya menginap ketika saya mengunjungi Yogyakarta. Dengan tarif paling murah Rp
60.000/kamar untuk dua orang rasanya menjadi pas jika anda hanya ingin
menggunakan hotel ini hanya sebagai tempat untuk tidur di malam hari dan
menaruh barang saja. Dengan fasilitas kamar mandi di dalam kamar menjadi nilai
plus untuk hotel ini.
dua tempat tidur yang tersedia |
Selain
itu, hotel yang berkapasitas untuk dua ratusan orang ini sering menjadi tempat
menginap rombongan yang datang dari luar kota karena harganya yang murah. Kamarnyapun
ada yang untuk tiga orang, empat sampai lima orang.
kamar mandi disamping tempat tidur diatas |
Letak
hotel ini juga lumayan strategis, dekat dengan Indomaret, tempat makan lesehan seperti pecel lele,
oseng-oseng mercon dan lainnya juga ada disekitar hotel yang bisa ditempuh
hanya dengan jalan kaki. Selain itu tepat disebrang hotel ada minimarket dan
atm yang bisa diakses. Sayangnya memang tidak dua puluh empat jam.
Dari
segi keamanan, hotel ini juga dirasa sangat aman. Karena setiap jam sepuluh
malam pintu masuk hotel akan dikunci, tapi jangan khawatir bagi yang akan
pulang malam,penjaganya akan tetap membukakan pintu untuk anda, namun sebaiknya
memberi tahu penjaganya agar ia tahu kalau anda akan pulang malam.
Akses
transportasi seperti Jogjatrans juga dekat, sehingga mudah jika anda ingin
pergi kemanapun. Selain itu becak juga bertebaran di sekitar wilayah hotel ini.
Menuju Malioboro dari hotel ini cukup dicapai dengan berjalan kaki sekitar lima
menit.
Jadi
menurut saya, hotel ini cukup baik untuk menjadi pilihan menginap anda jika
anda ke Yogyakarta. Apalagi untuk para backpacker yang mencari tempat menginap
untuk menghemat biaya perjalanan.
Langganan:
Postingan (Atom)