Senin, 14 Mei 2012

KECOA




Mungkin  salah satu  serangga yang paling dianggap menjijikkan adalah kecoa alias  coro.  Anda dapat menemuinya di mana saja.  Kecoa dapat ditemui di rumah, sekolah,  bandara bahkan tempat ibadah.  Kecoa juga tak peduli kelas. Kami menemui kecoa di semua kelas kereta yang kami tumpangi, mulai dari kelas ekonomi, bisnis  sampai eksekutif. Saya juga bertaruh  kalau kecoa juga dapat ditemukan di  rumah-rumah mewah di Menteng dan Pondok Indah.

Kecoa dianggap menjijikkan karena kecoa berasosiasi dengan kejorokan.  Serangga keluarga Blattidae ini memakan sisa makanan dan  kotoran, termasuk kotoran manusia.  Selain itu, kecoa juga dianggap menyebabkan alergi dan menularkan berbagai penyakit.  Bibit penyakit terbawa oleh anggota tubuh kecoa yang suka tinggal di tempat-tempat kotor.

Celakanya, kecoa yang sedang horny juga mencelakakan  manusia. Air mani kecoa bisa menyebabkan iritasi  pada kulit manusia. Rasanya perih. Saya pernah mengalaminya dan baru tahu kalau itu disebabkan oleh  air mani kecoa setelah berobat ke dokter kulit.


Kecoa phobia

Bagi teman saya,  kecoa  lebih menakutkan daripada ular berbisa.  Teman saya penggemar ular. Ia biasa bergaul dengan  ular kobra. Tapi, suatu hari ia pernah berteriak dan loncat menduduki wastafel kamar mandi kampus gara-gara kecoa. “Sungutnya benar-benar mengerikan,” katanya.

Kecoa phobia benar-benar menghinggapi banyak orang. Kalau ada kecoa, segera saja orang mengambil sandal dan memukulnya. Atau, menginjaknya. Obat nyamuk pun ada embel-embel gambar kecoa yang disilang: membunuh nyamuk sekaligus membunuh kecoa sebagai bonus.

Kecoa memang makhluk imut yang dibenci sekaligus ditakuti.  Keberadaannya dianggap mengganggu.  Tak salah jika Teater Koma mementaskan Opera Kecoa di  tahun 1985 untuk  menggambarkan kehidupan masyarakat pinggiran yang keberadaannya  seringkali dicibir dan mengganggu kaum mapan: para waria, PSK, preman dan gelandangan. Mereka orang-orang kecil yang selalu dikalahkan oleh orang-orang mapan.

Padahal, mereka tetaplah manusia yang bisa jatuh cinta dan berjuang untuk hidupnya. Mereka lah orang-orang sabar karena terbiasa menerima tempaan hidup dan  tetap yakin  bahwa hari esok selalu lebih baik. Mereka tidak dimanusiakan karena dianggap kotor dan berpenyakit, selayaknya kecoa.


Kecoa pejuang

Selayaknya  para tokoh lakon Teater Koma yang pementasannya sempat diancam bom lewat telepon, kecoa adalah pejuang.  Kecoa tetap saja ada meskipun  peperangan dengan menggunakan kapur barus dan insektisida dikobarkan tiap hari.

Maka,  keperkasaan para  kecoa mampu mengalahkan kapitalis jahat yang berniat menggusur apartemen  tempat mereka  dan para manusia miskin tinggal dalam film Joe’s Apartment produksi MTV di tahun 1996.  Serangga ini tidak tampil garang, tapi kocak dan romantis karena bisa menampilkan paduan suara dan bernyanyi layaknya kabaret. Mereka juga setia kawan membela sahabat manusianya dan membantunya merayu  sang wanita pujaan.

Ya, kecoa adalah pejuang yang romantis. Dee mengisahkan dalam Rico de Coro (1995) tentang pengorbanan  pangeran kecoa  yang menyelamatkan manusia cantik pujaannya dari serangan serangga mutan berbahaya.


Kecoa coklat

Lalu, bagaimana bersikap terhadap makhluk kecil pejuang itu? Daripada pusing, orang-orang di Thailand Selatan memasaknya.  Lumayan bisa mengenyangkan dan menambah pendapatan. Mau mencoba? Anda pasti akan menggelengkan kepala kecuali  jika Anda penggemar kuliner ekstrem. 

Padahal, sebenarnya kita terbiasa menyantap kecoa, terutama jika Anda menyukai coklat. Dalam sebatang coklat dipastikan ada 8 serpihan serangga coklat itu. Para ahli telah mengetahuinya sejak tahun 1940-an. Cemaran dari tubuh atau cairan kecoa sulit dihindari karena terjadi di perkebunan atau tempat pengolahan coklat.

Jika coklat itu enak dan dalam coklat ada serpihan serangga coklatnya alias kecoa, itu artinya kecoa  juga enak. Yummi!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar