Mungkin salah satu serangga yang paling dianggap menjijikkan
adalah kecoa alias coro.
Anda dapat menemuinya di mana saja.
Kecoa dapat ditemui di rumah, sekolah,
bandara bahkan tempat ibadah.
Kecoa juga tak peduli kelas. Kami menemui kecoa di semua kelas kereta
yang kami tumpangi, mulai dari kelas ekonomi, bisnis sampai eksekutif. Saya juga bertaruh kalau kecoa juga dapat ditemukan di rumah-rumah mewah di Menteng dan Pondok
Indah.
Kecoa dianggap menjijikkan karena kecoa berasosiasi dengan kejorokan. Serangga keluarga Blattidae ini memakan sisa makanan dan kotoran, termasuk kotoran manusia. Selain itu, kecoa juga dianggap menyebabkan
alergi dan menularkan berbagai penyakit. Bibit penyakit terbawa oleh anggota tubuh
kecoa yang suka tinggal di tempat-tempat kotor.
Celakanya, kecoa yang sedang horny
juga mencelakakan manusia. Air mani
kecoa bisa menyebabkan iritasi pada
kulit manusia. Rasanya perih. Saya pernah mengalaminya dan baru tahu kalau itu disebabkan
oleh air mani kecoa setelah berobat ke
dokter kulit.
Kecoa phobia
Bagi teman saya, kecoa lebih menakutkan daripada ular berbisa. Teman saya penggemar ular. Ia biasa bergaul
dengan ular kobra. Tapi, suatu hari ia
pernah berteriak dan loncat menduduki wastafel kamar mandi kampus gara-gara
kecoa. “Sungutnya benar-benar mengerikan,” katanya.
Kecoa phobia benar-benar
menghinggapi banyak orang. Kalau ada kecoa, segera saja orang mengambil sandal
dan memukulnya. Atau, menginjaknya. Obat nyamuk pun ada embel-embel gambar
kecoa yang disilang: membunuh nyamuk sekaligus membunuh kecoa sebagai bonus.
Kecoa memang makhluk imut yang dibenci sekaligus ditakuti. Keberadaannya dianggap mengganggu. Tak salah jika Teater Koma mementaskan Opera
Kecoa di tahun 1985 untuk menggambarkan kehidupan masyarakat pinggiran
yang keberadaannya seringkali dicibir
dan mengganggu kaum mapan: para waria, PSK, preman dan gelandangan. Mereka
orang-orang kecil yang selalu dikalahkan oleh orang-orang mapan.
Padahal, mereka tetaplah manusia yang bisa jatuh cinta dan berjuang
untuk hidupnya. Mereka lah orang-orang sabar karena terbiasa menerima tempaan
hidup dan tetap yakin bahwa hari esok selalu lebih baik. Mereka
tidak dimanusiakan karena dianggap kotor dan berpenyakit, selayaknya kecoa.
Kecoa pejuang
Selayaknya para tokoh lakon
Teater Koma yang pementasannya sempat diancam bom lewat telepon, kecoa adalah
pejuang. Kecoa tetap saja ada
meskipun peperangan dengan menggunakan
kapur barus dan insektisida dikobarkan tiap hari.
Maka, keperkasaan para kecoa mampu mengalahkan kapitalis jahat yang
berniat menggusur apartemen tempat
mereka dan para manusia miskin tinggal
dalam film Joe’s Apartment produksi
MTV di tahun 1996. Serangga ini tidak
tampil garang, tapi kocak dan romantis karena bisa menampilkan paduan suara dan
bernyanyi layaknya kabaret. Mereka juga setia kawan membela sahabat manusianya
dan membantunya merayu sang wanita
pujaan.
Ya, kecoa adalah pejuang yang romantis. Dee
mengisahkan dalam Rico de Coro (1995)
tentang pengorbanan pangeran kecoa yang menyelamatkan manusia cantik pujaannya
dari serangan serangga mutan berbahaya.
Kecoa coklat
Lalu, bagaimana bersikap terhadap makhluk kecil pejuang itu? Daripada
pusing, orang-orang di Thailand Selatan memasaknya. Lumayan bisa mengenyangkan dan menambah
pendapatan. Mau mencoba? Anda pasti akan menggelengkan kepala kecuali jika Anda penggemar kuliner ekstrem.
Padahal, sebenarnya kita terbiasa menyantap kecoa, terutama jika Anda
menyukai coklat. Dalam sebatang coklat dipastikan ada 8 serpihan serangga
coklat itu. Para ahli telah mengetahuinya
sejak tahun 1940-an. Cemaran dari tubuh atau cairan kecoa sulit dihindari
karena terjadi di perkebunan atau tempat pengolahan coklat.
Jika coklat itu enak dan dalam coklat ada serpihan serangga coklatnya
alias kecoa, itu artinya kecoa juga
enak. Yummi!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar