Kamis, 17 Mei 2012

Malang I'm in Love




Kota Malang. Hal pertama yang terpikirkan dari dua kata itu adalah buah apel. Ya, hanya apel saja yang saya ketahui mengenai kota ini. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya untuk mendatangi tempat ini. Tidak ada sanak saudara ataupun teman yang harus dikunjungi disana karena memang saya tidak memilikinya.

Sampai pada suatu hari, sesuatu membuat saya pergi ke kota ini. Menulis. Keinginan mendapatkan ilmu yang lebih dalam tentang menulis membawa saya ke kota ini. Saya menghadiri seminar menulis yang diselenggarakan oleh teman-teman menulis di grup facebook yakni Persahabatan Menulis. Yang dengan mengikutinya membuat semangat menulis saya semakin berkobar. Dengan berbagai trik yang diajarkan membuat saya semakin optimis untuk menjadi penulis.

Perjalanan saya dimulai ketika saya sampai di Stasiun Malang di hari Minggu pagi. Ini merupakan perjalanan jarak jauh pertama saya dengan menggunakan kereta api malam. Kota yang bersih dengan udara yang sejuk menyambut kedatangan saya. Saya langsung jatuh cinta dengan Malang ketika saya mengamati jalan dari stasiun ke salah satu Universitas terkemuka di Indonesia yaitu Universitas Brawijaya, jalan yang bersih, suasana kota yang masih terasa sejuk, tidak ada macet. Ah, menyenangkan sekali rasanya.

Sekilas saya melihat ada pasar kaget di hari Minggu yang juga terlihat tertata dengan rapi. Menyenangkan saat semua terlihat disiplin dan tertata dengan rapi. Yang mengejutkan saya adalah kesopanan yang masih sangat kental yang saya lihat ketika saya naik beberapa kali angkutan umum. Setiap penumpang angkutan umum akan mengucapkan “Matur suwon, Mas” kepada supir saat mereka sampai di tujuannya. Dan sang supir membalasnya dengan senyuman ramah dan menjawab “Nggeh, hati-hati”. Indahnya melihat pemandangan sesama manusia itu yang sekarang mulai memudar.

Berbeda dengan suasana kota tempat tinggal saya yang sudah mulai terlihat sumpek. Dengan penuhnya angkutan umum kota dan macet yang mulai terjadi dimana-mana. Kebersihan kota yang mulai tidak terjaga, membuat pemandangan matapun kurang begitu menyenangkan. Tetapi bagaimanapun kota tempat saya dilahirkan memiliki keindahannya tersendiri dan tetap menjadi kota terbaik yang pernah saya miliki.
Kembali ke Malang, suasana dingin yang saya alami ketika di malam hari saya menginap di salah satu hotel di daerah Batu. Batu ternyata merupakan kota wisata yang dimiliki Malang, yang memiliki beberapa tempat tujuan pariwisata untuk para turis lokal dan internasional, seperti Jatim Park I dan II juga tempat bermain Batu Night Spectaculer.

Keesokan harinya, saya berkeliling kembali di Kota Malang, saya mengunjungi tempat-tempat yang saya ketahui hanya dari ‘mbah google’. Melihat berbagai hal disana membuat saya berkeinginan untuk tinggal di Malang. Setelah seharian menghabiskan waktu di Malang, tiba saatnya saya harus meninggalkan kota ini. Di sore hari, hujan turun ketika saya sedang menunggu kereta untuk melanjutkan perjalanan saya. Hujan saat itu memberikan kesan romantis kepada saya yang sedang jatuh cinta dengan kota ini. Dan kemudian hujanpun menemani kepergian saya meninggalkan Kota Malang yang memberikan kisah indah dalam salah satu perjalanan hidup saya.

Malang, I’m in love.

Senin, 14 Mei 2012

KECOA




Mungkin  salah satu  serangga yang paling dianggap menjijikkan adalah kecoa alias  coro.  Anda dapat menemuinya di mana saja.  Kecoa dapat ditemui di rumah, sekolah,  bandara bahkan tempat ibadah.  Kecoa juga tak peduli kelas. Kami menemui kecoa di semua kelas kereta yang kami tumpangi, mulai dari kelas ekonomi, bisnis  sampai eksekutif. Saya juga bertaruh  kalau kecoa juga dapat ditemukan di  rumah-rumah mewah di Menteng dan Pondok Indah.

Kecoa dianggap menjijikkan karena kecoa berasosiasi dengan kejorokan.  Serangga keluarga Blattidae ini memakan sisa makanan dan  kotoran, termasuk kotoran manusia.  Selain itu, kecoa juga dianggap menyebabkan alergi dan menularkan berbagai penyakit.  Bibit penyakit terbawa oleh anggota tubuh kecoa yang suka tinggal di tempat-tempat kotor.

Celakanya, kecoa yang sedang horny juga mencelakakan  manusia. Air mani kecoa bisa menyebabkan iritasi  pada kulit manusia. Rasanya perih. Saya pernah mengalaminya dan baru tahu kalau itu disebabkan oleh  air mani kecoa setelah berobat ke dokter kulit.


Kecoa phobia

Bagi teman saya,  kecoa  lebih menakutkan daripada ular berbisa.  Teman saya penggemar ular. Ia biasa bergaul dengan  ular kobra. Tapi, suatu hari ia pernah berteriak dan loncat menduduki wastafel kamar mandi kampus gara-gara kecoa. “Sungutnya benar-benar mengerikan,” katanya.

Kecoa phobia benar-benar menghinggapi banyak orang. Kalau ada kecoa, segera saja orang mengambil sandal dan memukulnya. Atau, menginjaknya. Obat nyamuk pun ada embel-embel gambar kecoa yang disilang: membunuh nyamuk sekaligus membunuh kecoa sebagai bonus.

Kecoa memang makhluk imut yang dibenci sekaligus ditakuti.  Keberadaannya dianggap mengganggu.  Tak salah jika Teater Koma mementaskan Opera Kecoa di  tahun 1985 untuk  menggambarkan kehidupan masyarakat pinggiran yang keberadaannya  seringkali dicibir dan mengganggu kaum mapan: para waria, PSK, preman dan gelandangan. Mereka orang-orang kecil yang selalu dikalahkan oleh orang-orang mapan.

Padahal, mereka tetaplah manusia yang bisa jatuh cinta dan berjuang untuk hidupnya. Mereka lah orang-orang sabar karena terbiasa menerima tempaan hidup dan  tetap yakin  bahwa hari esok selalu lebih baik. Mereka tidak dimanusiakan karena dianggap kotor dan berpenyakit, selayaknya kecoa.


Kecoa pejuang

Selayaknya  para tokoh lakon Teater Koma yang pementasannya sempat diancam bom lewat telepon, kecoa adalah pejuang.  Kecoa tetap saja ada meskipun  peperangan dengan menggunakan kapur barus dan insektisida dikobarkan tiap hari.

Maka,  keperkasaan para  kecoa mampu mengalahkan kapitalis jahat yang berniat menggusur apartemen  tempat mereka  dan para manusia miskin tinggal dalam film Joe’s Apartment produksi MTV di tahun 1996.  Serangga ini tidak tampil garang, tapi kocak dan romantis karena bisa menampilkan paduan suara dan bernyanyi layaknya kabaret. Mereka juga setia kawan membela sahabat manusianya dan membantunya merayu  sang wanita pujaan.

Ya, kecoa adalah pejuang yang romantis. Dee mengisahkan dalam Rico de Coro (1995) tentang pengorbanan  pangeran kecoa  yang menyelamatkan manusia cantik pujaannya dari serangan serangga mutan berbahaya.


Kecoa coklat

Lalu, bagaimana bersikap terhadap makhluk kecil pejuang itu? Daripada pusing, orang-orang di Thailand Selatan memasaknya.  Lumayan bisa mengenyangkan dan menambah pendapatan. Mau mencoba? Anda pasti akan menggelengkan kepala kecuali  jika Anda penggemar kuliner ekstrem. 

Padahal, sebenarnya kita terbiasa menyantap kecoa, terutama jika Anda menyukai coklat. Dalam sebatang coklat dipastikan ada 8 serpihan serangga coklat itu. Para ahli telah mengetahuinya sejak tahun 1940-an. Cemaran dari tubuh atau cairan kecoa sulit dihindari karena terjadi di perkebunan atau tempat pengolahan coklat.

Jika coklat itu enak dan dalam coklat ada serpihan serangga coklatnya alias kecoa, itu artinya kecoa  juga enak. Yummi!!!