Menemani teman yang berkunjung ke Bogor, saya akhirnya mengambil cuti kantor
satu hari. Bukan menjadi pemandu,
tapi malah menjadi seseorang yang dipandu di salah satu daerah wisata Bogor, yaitu Puncak. Kota
Bogor yang sudah mulai panas dan macet membuat kami memutuskan untuk pergi ke
tempat yang agak dingin dan sejuk.
Biasanya saya menggunakan mobil pribadi ke sana. Tapi, kali ini kami menggunakan
angkutan umum jurusan Cianjur untuk merasakan bagaimana rasanya menggunakan
ankgkuatan umum . Dengan tarif lima
belas ribu rupiah, sang mobil mengantar kami hingga Puncak pass. Karena
penumpangnya tidak begitu ramai, sang supir melakukan pencarian penumpang di
beberapa titik. Perjalanan yang dimulai dari jam setengah sembilan pagi
berakhir di Puncak
Pass sekitar jam setengah dua belas lewat.
Puncak pass merupakan
tempat yang sering menjadi tempat pemberhentian sementara orang- orang yang
melakukan perjalanan dari dan ke Bandung
dan sekitarnya via jalur Puncak. Kami
menikmati udara segar dan pemandangan jalan berliuk-liuk khas pegunungan dan
kebun teh yang terhampar luas.
Kami melanjutkan perjalanan ke arah telaga warna yang
merupakan salah satu tempat wisata di daerah Puncak. Tempat ini yang baru
pertama kali saya datangi. Hehe . Menuju pintu masuk, ada jalan kecil sepanjang seratus meter yang membelah hamparan kebun teh. Jalan kecil
ini cukup untuk dilewati motor.
Dengan tarif dua ribu rupiah untuk pengunjung pribumi, dan lima belas ribu rupiah
untuk pengunjung mancanegara, kita bisa memasuki wilayah Taman Wisata Alam
Telaga Warna ini. Jika membawa motor sendiri, tarifnya akan berbeda lagi,
karena ditambah biaya parkir motor.
Kami berjalan memasuki pelataran Telaga Warna. Hari itu
suasananya agak ramai walaupun bukan hari libur. Anak-anak
SD yang
juga sedang berkunjung berlarian
di sana. Selain
kami dan anak-anak SD, banyak juga
penungunjung dari klub motor touring dan
sekelompok anak muda yang juga mungkin
sedang berpetualang. Ada
juga turis yang berasal dari Timur
Tengah yang datang kesana. Sesi foto menjadi agenda setiap pengunjung kesana.
Selain melihat
keindahan telaga warna, penunjung dapat
menikmati berbagai kagiatan outbond, di antaranya mencoba flying fox dan berperahu. Pengunjung juga bisa menyaksikan binatang
liar yang bebas berkeliaran seperti monyet.
Kami mengunjungi telaga
putri yang letaknya sekitar lima
ratus meter dari telaga warna. Untuk menuju telaga putri, kami harus melalui
jalan setapak di antara pepohonon rimbun
dan lembab. Telaga putri seperti tempat
mandi terbuka di pedesaan. Pada saat kami ke sana, airnya sedang surut.
Menurut salah
seorang petugas yang kami temui, hujan
tidak turun beberapa hari sebeleumnya.. Biasanya airnya penuh, bahkan sampai
mengalir ke jalan setapak yang kami lalui.
Karena bagian informasi pada saat itu sedang tidak ada ,
akhirnya saya mendapatkan legenda mengenai
Telaga Warna ini dari ‘mbah Google’ dengan alamat berikut http://teamtouring.net/legenda-telaga-warna-kawasan-puncak.html.
Di situs tersebut
terdapat informasi mengenai
legenda Telaga Warna. Telaga itu konon
merupakan air mata rakyat yang menangis karena sang putri memutuskan kalung
berisi perhiasan yang dikumpulkan oleh semua rakyatnya.
Dan yang menarik, di dalamnya juga ada cerita mengenai dua
ikan purba yang masih hidup di dalam Telaga Warna. Barang siapa yang melihatnya, cita-citanya akan terkabul.
Sebelum membaca ini, pada saat disana bersyukurnya saya dan
teman saya sempat melihat ikan yang berenang di dekat pinggir telaga warna itu.
Ikannya tidak begitu besar dan ada warna merah di bagian tubuhnya. Semoga ikan
itu adalah ikan purba yang diceritakan.Wah.. semoga mimpi dan cita-cita kami
terkabul ya. Hehe.
Kami mengakhiri perjalanan di Telaga Warna sekitar jam
setengah tiga. Perut kami sudah meronta, meminta diisi. Pojok Sate Kiloan
menjadi pilihan kami untuk mengisi perut kami yang keroncongan di suasana yang
sudah membuat saya menggigil. Sate kambing dan gulai iga kambing serta teh panas menjadi pilihan kami.
Huan mulai turun ketika kami menyantap menu pilihan kami sambil menikmati
pemandangan kebun teh. Akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri petualangan
kami hari itu dan kembali pulang ke Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar