Kamis, 17 Mei 2012
Senin, 14 Mei 2012
KECOA
Mungkin salah satu serangga yang paling dianggap menjijikkan
adalah kecoa alias coro.
Anda dapat menemuinya di mana saja.
Kecoa dapat ditemui di rumah, sekolah,
bandara bahkan tempat ibadah.
Kecoa juga tak peduli kelas. Kami menemui kecoa di semua kelas kereta
yang kami tumpangi, mulai dari kelas ekonomi, bisnis sampai eksekutif. Saya juga bertaruh kalau kecoa juga dapat ditemukan di rumah-rumah mewah di Menteng dan Pondok
Indah.
Kecoa dianggap menjijikkan karena kecoa berasosiasi dengan kejorokan. Serangga keluarga Blattidae ini memakan sisa makanan dan kotoran, termasuk kotoran manusia. Selain itu, kecoa juga dianggap menyebabkan
alergi dan menularkan berbagai penyakit. Bibit penyakit terbawa oleh anggota tubuh
kecoa yang suka tinggal di tempat-tempat kotor.
Celakanya, kecoa yang sedang horny
juga mencelakakan manusia. Air mani
kecoa bisa menyebabkan iritasi pada
kulit manusia. Rasanya perih. Saya pernah mengalaminya dan baru tahu kalau itu disebabkan
oleh air mani kecoa setelah berobat ke
dokter kulit.
Kecoa phobia
Bagi teman saya, kecoa lebih menakutkan daripada ular berbisa. Teman saya penggemar ular. Ia biasa bergaul
dengan ular kobra. Tapi, suatu hari ia
pernah berteriak dan loncat menduduki wastafel kamar mandi kampus gara-gara
kecoa. “Sungutnya benar-benar mengerikan,” katanya.
Kecoa phobia benar-benar
menghinggapi banyak orang. Kalau ada kecoa, segera saja orang mengambil sandal
dan memukulnya. Atau, menginjaknya. Obat nyamuk pun ada embel-embel gambar
kecoa yang disilang: membunuh nyamuk sekaligus membunuh kecoa sebagai bonus.
Kecoa memang makhluk imut yang dibenci sekaligus ditakuti. Keberadaannya dianggap mengganggu. Tak salah jika Teater Koma mementaskan Opera
Kecoa di tahun 1985 untuk menggambarkan kehidupan masyarakat pinggiran
yang keberadaannya seringkali dicibir
dan mengganggu kaum mapan: para waria, PSK, preman dan gelandangan. Mereka
orang-orang kecil yang selalu dikalahkan oleh orang-orang mapan.
Padahal, mereka tetaplah manusia yang bisa jatuh cinta dan berjuang
untuk hidupnya. Mereka lah orang-orang sabar karena terbiasa menerima tempaan
hidup dan tetap yakin bahwa hari esok selalu lebih baik. Mereka
tidak dimanusiakan karena dianggap kotor dan berpenyakit, selayaknya kecoa.
Kecoa pejuang
Selayaknya para tokoh lakon
Teater Koma yang pementasannya sempat diancam bom lewat telepon, kecoa adalah
pejuang. Kecoa tetap saja ada
meskipun peperangan dengan menggunakan
kapur barus dan insektisida dikobarkan tiap hari.
Maka, keperkasaan para kecoa mampu mengalahkan kapitalis jahat yang
berniat menggusur apartemen tempat
mereka dan para manusia miskin tinggal
dalam film Joe’s Apartment produksi
MTV di tahun 1996. Serangga ini tidak
tampil garang, tapi kocak dan romantis karena bisa menampilkan paduan suara dan
bernyanyi layaknya kabaret. Mereka juga setia kawan membela sahabat manusianya
dan membantunya merayu sang wanita
pujaan.
Ya, kecoa adalah pejuang yang romantis. Dee
mengisahkan dalam Rico de Coro (1995)
tentang pengorbanan pangeran kecoa yang menyelamatkan manusia cantik pujaannya
dari serangan serangga mutan berbahaya.
Kecoa coklat
Lalu, bagaimana bersikap terhadap makhluk kecil pejuang itu? Daripada
pusing, orang-orang di Thailand Selatan memasaknya. Lumayan bisa mengenyangkan dan menambah
pendapatan. Mau mencoba? Anda pasti akan menggelengkan kepala kecuali jika Anda penggemar kuliner ekstrem.
Padahal, sebenarnya kita terbiasa menyantap kecoa, terutama jika Anda
menyukai coklat. Dalam sebatang coklat dipastikan ada 8 serpihan serangga
coklat itu. Para ahli telah mengetahuinya
sejak tahun 1940-an. Cemaran dari tubuh atau cairan kecoa sulit dihindari
karena terjadi di perkebunan atau tempat pengolahan coklat.
Jika coklat itu enak dan dalam coklat ada serpihan serangga coklatnya
alias kecoa, itu artinya kecoa juga
enak. Yummi!!!
Minggu, 29 April 2012
Telaga Warna - Puncak Bogor
Menemani teman yang berkunjung ke Bogor, saya akhirnya mengambil cuti kantor
satu hari. Bukan menjadi pemandu,
tapi malah menjadi seseorang yang dipandu di salah satu daerah wisata Bogor, yaitu Puncak. Kota
Bogor yang sudah mulai panas dan macet membuat kami memutuskan untuk pergi ke
tempat yang agak dingin dan sejuk.
Biasanya saya menggunakan mobil pribadi ke sana. Tapi, kali ini kami menggunakan
angkutan umum jurusan Cianjur untuk merasakan bagaimana rasanya menggunakan
ankgkuatan umum . Dengan tarif lima
belas ribu rupiah, sang mobil mengantar kami hingga Puncak pass. Karena
penumpangnya tidak begitu ramai, sang supir melakukan pencarian penumpang di
beberapa titik. Perjalanan yang dimulai dari jam setengah sembilan pagi
berakhir di Puncak
Pass sekitar jam setengah dua belas lewat.
Puncak pass merupakan
tempat yang sering menjadi tempat pemberhentian sementara orang- orang yang
melakukan perjalanan dari dan ke Bandung
dan sekitarnya via jalur Puncak. Kami
menikmati udara segar dan pemandangan jalan berliuk-liuk khas pegunungan dan
kebun teh yang terhampar luas.
Kami melanjutkan perjalanan ke arah telaga warna yang
merupakan salah satu tempat wisata di daerah Puncak. Tempat ini yang baru
pertama kali saya datangi. Hehe . Menuju pintu masuk, ada jalan kecil sepanjang seratus meter yang membelah hamparan kebun teh. Jalan kecil
ini cukup untuk dilewati motor.
Dengan tarif dua ribu rupiah untuk pengunjung pribumi, dan lima belas ribu rupiah
untuk pengunjung mancanegara, kita bisa memasuki wilayah Taman Wisata Alam
Telaga Warna ini. Jika membawa motor sendiri, tarifnya akan berbeda lagi,
karena ditambah biaya parkir motor.
Kami berjalan memasuki pelataran Telaga Warna. Hari itu
suasananya agak ramai walaupun bukan hari libur. Anak-anak
SD yang
juga sedang berkunjung berlarian
di sana. Selain
kami dan anak-anak SD, banyak juga
penungunjung dari klub motor touring dan
sekelompok anak muda yang juga mungkin
sedang berpetualang. Ada
juga turis yang berasal dari Timur
Tengah yang datang kesana. Sesi foto menjadi agenda setiap pengunjung kesana.
Selain melihat
keindahan telaga warna, penunjung dapat
menikmati berbagai kagiatan outbond, di antaranya mencoba flying fox dan berperahu. Pengunjung juga bisa menyaksikan binatang
liar yang bebas berkeliaran seperti monyet.
Kami mengunjungi telaga
putri yang letaknya sekitar lima
ratus meter dari telaga warna. Untuk menuju telaga putri, kami harus melalui
jalan setapak di antara pepohonon rimbun
dan lembab. Telaga putri seperti tempat
mandi terbuka di pedesaan. Pada saat kami ke sana, airnya sedang surut.
Menurut salah
seorang petugas yang kami temui, hujan
tidak turun beberapa hari sebeleumnya.. Biasanya airnya penuh, bahkan sampai
mengalir ke jalan setapak yang kami lalui.
Karena bagian informasi pada saat itu sedang tidak ada ,
akhirnya saya mendapatkan legenda mengenai
Telaga Warna ini dari ‘mbah Google’ dengan alamat berikut http://teamtouring.net/legenda-telaga-warna-kawasan-puncak.html.
Di situs tersebut
terdapat informasi mengenai
legenda Telaga Warna. Telaga itu konon
merupakan air mata rakyat yang menangis karena sang putri memutuskan kalung
berisi perhiasan yang dikumpulkan oleh semua rakyatnya.
Dan yang menarik, di dalamnya juga ada cerita mengenai dua
ikan purba yang masih hidup di dalam Telaga Warna. Barang siapa yang melihatnya, cita-citanya akan terkabul.
Sebelum membaca ini, pada saat disana bersyukurnya saya dan
teman saya sempat melihat ikan yang berenang di dekat pinggir telaga warna itu.
Ikannya tidak begitu besar dan ada warna merah di bagian tubuhnya. Semoga ikan
itu adalah ikan purba yang diceritakan.Wah.. semoga mimpi dan cita-cita kami
terkabul ya. Hehe.
Kami mengakhiri perjalanan di Telaga Warna sekitar jam
setengah tiga. Perut kami sudah meronta, meminta diisi. Pojok Sate Kiloan
menjadi pilihan kami untuk mengisi perut kami yang keroncongan di suasana yang
sudah membuat saya menggigil. Sate kambing dan gulai iga kambing serta teh panas menjadi pilihan kami.
Huan mulai turun ketika kami menyantap menu pilihan kami sambil menikmati
pemandangan kebun teh. Akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri petualangan
kami hari itu dan kembali pulang ke Bogor.
Rabu, 18 April 2012
Makan Korean Food sambil Belajar Bahasa Korea Gratisss!!
Sedikit Seoul ditemukan di Bogor.
Semenjak mengagumi drama-drama Korea jauh sebelum booming Korean Wave sekarang, saya terus mencari di mana makanan ala Korea yang ada dekat dengan saya tinggal. Saya sempat memeproleh kabar bahwa di daerah Jl. Sudirman ada Korean Food. Saya dan teman saya yang sekitar setahun lalu pernah ke sana pergi menyusuri jalan Sudirman dengan semangat ’45 menuju tempat yang dimaksud,. Ternyata restoran tersebut sudah tutup.
Putus sudah harapan bisa mencoba makanan Korea di sini. Setiap ada tugas ke Jakarta, saya dan pak supir kantor sering melewati tempat-tempat di mana mulai bertebaran Restoran Korean Food, tapi tetap saja tak ada waktu untuk makan disana.
Dan akhirnya penantian itu tiba. Hari Jumat malam, bersama teman yang sama waktu mencari restoran Korean Food di Jl. Sudirman, mencoba beberapa makanan Korea di Bogor. Wahai para pecinta drama Korea yang penasaran dengan makanan Korea yang kerap nongol di layar televisi, makanan Korea sudah bisa dinikmati di Bogor! Atau, bagi pecinta kuliner yang ingin mencoba dan membandingkan rasa, silakan segera pergi ke sana.
Restoran itu bernama CC Seoul Korean Food, terletak di ruko perumahan Bukit Cimanggu City Blok B1 No 9A. Nomer teleponnya bisa di akses di 0251-9559095. Mudah menuju ke tempat tersebut. Cukup naik angkot 16 atau 32 yang melewati perumahan itu jika tidak menggunakan kendaraan pribadi. Letak restoran itusendiri berada 50 meter di dari pintu masuk perumahan Bukit Cimanggu City. Restorannya berukuran kecil, sehingga kita harus memperhatikan sederetran pintu di bangunan ruko sebelah kanan, untuk mencari nama CC Sepoul Korean Food.
Tempat ini saya ketahui dari obrolan saya dengan teman kantor yang memberi tahu kalau di Bogor ada Korean Food. Lalu saya searching mbah Google dan ternyata memang ada. Akhirnya, bersama dengan teman saya, saya mencoba Korean Food malam itu.
Dari beberapa menu makanan yang disediakan, saya memesan beberapa menu berikut ini:
1. Sushi Korea, tak beda sama shusi Jepang . Ada beberapa pilihan toping. Saya dan teman saya memesan sushi dengan toping telur ikan salmon. Makanan ini bisa dinikmati dengan harga Rp. 30.000
2. Teh yang ada di sebelah sushi . Namanya borica tea, yang bisa dinikmati dengan rasa tawar dan manis. Mirip teh yang biasa kita nikmati seehari-hari. Yang membuat beda, ada rasa gandumnya. Harganya hanya Rp 3.000 saja.
3. Kimchi Ramyeon (김치 람얀)
Ini makanan Korea lainnya yang saya pesan. Agak pedas, tapi bagi pecinta pedas mungkin tidak terlalu pedas. Mie rebus pedas dengan sayuran kimchi khas Korea ada di sini. Porsinya banyak, cukup kenyang untuk dimakan berdua. Bisa dinikmati dengan harga Rp 23.000.
4. Makanan lain yang saya coba adalah Tokpokki (똑보끼)
Makanan yang terbuat dari tepung dan gandum ini, rasanya kenyal dan mengenyangkan. Saya pernah mencoba sebelumnya di salah satu swalayan di mall besar di Bogor. Rasanya hampir sama. Tokpokki ini bisa dinikmati dengan harga Rp 18.000.
Saya menyukainya semua makanan yang saya pesan. Selain beberapa makanan ini, CC Seoul Korean Food ini juga menyediakan beberapa makanan Korea lainnya seperti bibimbap (nasi yang dicampur dengan berbagai sayuran), bulgogi (daging-dagingan), mie jjajangmyeon (mie kenyal dengan bumbu yang ada di drama Korea : Pasta yang dijual ayahnya Yeo Kyeong) dan pengunjung akan mendapatkan makanan pelengkap , yaitu kimchi (semacam acar ) dan ikan teri ( tidak tahu bahasa koreanya:tanya yang punya ya)
Lebih menyenangkannya lagi, di sini kita bisa sekaligus belajar bahasa Korea langung dengan pemilik restoran yang ramah. Karena keasyikan ngobrol dan belajar bahasa Korea dengan pemiliknya, saya justru lupa menanyakan nama beliau dan nomer kontak restoran tersebut. Ibu pemilik restoran itu yang memasak sendiri semua menu makanan di restoran milknya.
Pernah tinggal di Seoul selama 6 tahun dan bersuamikan Orang Korea asli yang sulit makanan selain masakan Korea, membuat ibu keren ini harus bisa masak masakan Korea. Alhasil, kebiasaan ini menjadikan ibu asal Bandung tersebut mendirikan rstoran makan Korea. Sayang, saya tak sempar mengambil foto ibu tersebut.
Ternyata, CC Seoul ini adalah restoran Korean Food yang sebelumnya berjualan di Jl. Sudirman. Kalau sudah jodoh, ketemu juga tempat makan ini.
Buat yang ingin mencoba dan penasaran dengan makanan Korea, sebelum pergi ke Korea Selatan, silakan mampir dulu ke CC Seoul Korean Food.
Semenjak mengagumi drama-drama Korea jauh sebelum booming Korean Wave sekarang, saya terus mencari di mana makanan ala Korea yang ada dekat dengan saya tinggal. Saya sempat memeproleh kabar bahwa di daerah Jl. Sudirman ada Korean Food. Saya dan teman saya yang sekitar setahun lalu pernah ke sana pergi menyusuri jalan Sudirman dengan semangat ’45 menuju tempat yang dimaksud,. Ternyata restoran tersebut sudah tutup.
Putus sudah harapan bisa mencoba makanan Korea di sini. Setiap ada tugas ke Jakarta, saya dan pak supir kantor sering melewati tempat-tempat di mana mulai bertebaran Restoran Korean Food, tapi tetap saja tak ada waktu untuk makan disana.
Dan akhirnya penantian itu tiba. Hari Jumat malam, bersama teman yang sama waktu mencari restoran Korean Food di Jl. Sudirman, mencoba beberapa makanan Korea di Bogor. Wahai para pecinta drama Korea yang penasaran dengan makanan Korea yang kerap nongol di layar televisi, makanan Korea sudah bisa dinikmati di Bogor! Atau, bagi pecinta kuliner yang ingin mencoba dan membandingkan rasa, silakan segera pergi ke sana.
Restoran itu bernama CC Seoul Korean Food, terletak di ruko perumahan Bukit Cimanggu City Blok B1 No 9A. Nomer teleponnya bisa di akses di 0251-9559095. Mudah menuju ke tempat tersebut. Cukup naik angkot 16 atau 32 yang melewati perumahan itu jika tidak menggunakan kendaraan pribadi. Letak restoran itusendiri berada 50 meter di dari pintu masuk perumahan Bukit Cimanggu City. Restorannya berukuran kecil, sehingga kita harus memperhatikan sederetran pintu di bangunan ruko sebelah kanan, untuk mencari nama CC Sepoul Korean Food.
Tempat ini saya ketahui dari obrolan saya dengan teman kantor yang memberi tahu kalau di Bogor ada Korean Food. Lalu saya searching mbah Google dan ternyata memang ada. Akhirnya, bersama dengan teman saya, saya mencoba Korean Food malam itu.
Dari beberapa menu makanan yang disediakan, saya memesan beberapa menu berikut ini:
1. Sushi Korea, tak beda sama shusi Jepang . Ada beberapa pilihan toping. Saya dan teman saya memesan sushi dengan toping telur ikan salmon. Makanan ini bisa dinikmati dengan harga Rp. 30.000
2. Teh yang ada di sebelah sushi . Namanya borica tea, yang bisa dinikmati dengan rasa tawar dan manis. Mirip teh yang biasa kita nikmati seehari-hari. Yang membuat beda, ada rasa gandumnya. Harganya hanya Rp 3.000 saja.
3. Kimchi Ramyeon (김치 람얀)
Ini makanan Korea lainnya yang saya pesan. Agak pedas, tapi bagi pecinta pedas mungkin tidak terlalu pedas. Mie rebus pedas dengan sayuran kimchi khas Korea ada di sini. Porsinya banyak, cukup kenyang untuk dimakan berdua. Bisa dinikmati dengan harga Rp 23.000.
4. Makanan lain yang saya coba adalah Tokpokki (똑보끼)
Makanan yang terbuat dari tepung dan gandum ini, rasanya kenyal dan mengenyangkan. Saya pernah mencoba sebelumnya di salah satu swalayan di mall besar di Bogor. Rasanya hampir sama. Tokpokki ini bisa dinikmati dengan harga Rp 18.000.
Saya menyukainya semua makanan yang saya pesan. Selain beberapa makanan ini, CC Seoul Korean Food ini juga menyediakan beberapa makanan Korea lainnya seperti bibimbap (nasi yang dicampur dengan berbagai sayuran), bulgogi (daging-dagingan), mie jjajangmyeon (mie kenyal dengan bumbu yang ada di drama Korea : Pasta yang dijual ayahnya Yeo Kyeong) dan pengunjung akan mendapatkan makanan pelengkap , yaitu kimchi (semacam acar ) dan ikan teri ( tidak tahu bahasa koreanya:tanya yang punya ya)
Lebih menyenangkannya lagi, di sini kita bisa sekaligus belajar bahasa Korea langung dengan pemilik restoran yang ramah. Karena keasyikan ngobrol dan belajar bahasa Korea dengan pemiliknya, saya justru lupa menanyakan nama beliau dan nomer kontak restoran tersebut. Ibu pemilik restoran itu yang memasak sendiri semua menu makanan di restoran milknya.
Pernah tinggal di Seoul selama 6 tahun dan bersuamikan Orang Korea asli yang sulit makanan selain masakan Korea, membuat ibu keren ini harus bisa masak masakan Korea. Alhasil, kebiasaan ini menjadikan ibu asal Bandung tersebut mendirikan rstoran makan Korea. Sayang, saya tak sempar mengambil foto ibu tersebut.
Ternyata, CC Seoul ini adalah restoran Korean Food yang sebelumnya berjualan di Jl. Sudirman. Kalau sudah jodoh, ketemu juga tempat makan ini.
Buat yang ingin mencoba dan penasaran dengan makanan Korea, sebelum pergi ke Korea Selatan, silakan mampir dulu ke CC Seoul Korean Food.
Langganan:
Postingan (Atom)